Pengalaman Yang Tidak Terlupakan
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Logo Sekolah
Sinopsis
Wildan merupakan murid Sekolah Dasar Pertiwi 2 di Padang, Sumatra Barat. Pada tahun 2009 terjadi
gempa di Sumatra Barat yang menelan korban jiwa yang sangat banyak. Saat itu Wildan
sedang berada di mobil antar-jemput sekolah, lalu karena berpotensi tsunami,
sang supir membawa Wildan beserta teman-temannya ke tempat yang aman yaitu di
rumahnya yang jauh sekali dari rawan tsunami yaitu di perbukitan. Lalu, setelah
menginap semalam mereka semua dipulangkan ke rumah masing-masing.
Kerangka Cerpen
1.
Topik Cerpen
Topik dalam
cerpen “Pengalaman yang Tidak Terlupakan” adalah tentang cerita pengalaman
pribadinya yang buruk .
2.
Tokoh dan Penokohan
·
Wildan adalah
sosok di dalam cerita yang memiliki sifat selalu ingin tahu.
·
Om Sony adalah
sosok di dalam cerita yang memiliki sifat baik hati dan suka
menolong.
·
Iqbal adalah
sosok di dalam cerita yang memiliki sifat penakut.
·
Putri adalah
sosok di dalam cerita yang memiliki sifat penakut.
·
Pak Indra
adalah sosok di dalam cerita yang memiliki sifat baik hati.
·
Ayah Wildan
adalah sosok di dalam cerita yang memikiki sifat baik hati dan suka menolong.
3.
Alur dan Pengaluran
Alur : Maju
Alur dalam cerpen ”Pengalaman yang Tidak Terlupakan”
sebagai berikut.
a. Eksposisi
Pada tahapan
ini, pengarang menjelaskan tentang perawalan cerita yaitu Wildan menceritakan pengalamannya
saat masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4 di Padang.
b. Orientasi
Pada tahapan
ini, pengarang menceritakan tentang kegiatan yang dilakukannya setelah pulang
sekolah.
c.
Konflik
Pada tahapan
ini, pengarang menceritakan tentang menceritakan gejala awal terjadinya gempa
bumi
d. Klimaks
Pada tahapan
ini, pengarang menceritakan gempa bumi sudah mulai terjadi dan
e. Anti
Klimaks
Pada tahapan
ini, pengarang menceritakan tentang kegiatan para tokoh setelah gempa bumi
terjadi.
f. Resolusi
Pada tahapan
ini, pengarang menceritakan setelah gempa bumi sudah mulai mereda maka tokoh
Wildan, Iqbal, dan Putri dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
g. Koda
Pada tahapan
ini, pengarang menceritakan alasan pindahnya Wildan bersama adik dan abangnya
ke Jakarta.
4.
Latar
Tempat : Mobil, Rumah Om Sony, Jalan, Sungai
waktu : siang hari, sore hari, malam hari, pagi hari
suasana : panik
Pengalaman yang Tidak Terlupakan
Wildan merupakan
murid Sekolah Dasar kelas 4 di Padang Sumatra Barat. Pada tahun 2009 terjadi
sebuah peristiwa yang sangat memprihatinkan bagi Wildan. Pada saat itu di
Sumatera Barat terjadi gempa dahsyat yang menelan korban jiwa sangat banyak.
Pada siang hari setelah pulang sekolah, Wildan, Iqbal, dan Putri sedang menaiki
mobil antar-jemput yang dikemudikan oleh Om Sony. Lalu Om Sony tiba-tiba
berhenti (ckitt bunyi rem saat itu) .
"Kenapa om?" tanya Putri
"Semuanya tenang" kata Om Sony
Lalu lama-kelamaan mobil bergoyang hebat.
"Om gempa om" ucap Iqbal dengan ketakutan
"Iya tenang, tadi om ngerem karena om hilang kendali
kemudi karena ada gempa kecil yang sekarang semakin besar" tegas Om Sony
“Om keluar dari mobil om, nanti mobilnya terbalik!” teriak Putri ketakutan
“udah tenang dulu” kata Om Sony.
Setelah gempa berhenti, terlihat di sekitar
jalan banyak gedung yang runtuh, pipa air bawah tanah rusak dan menyemburkan
air ke jalan. Lalu Om Sony menjalankan mobil dan tidak mengarah ke jalan pulang
mereka.
"Kita mau kemana om? Tanya Wildan
"Kita mencari tempat yang aman dulu" ucap Om
Sony.
Hari mulai gelap jam menunjukkan angka 5 dan suasana di
jalanan sangat macet
"Om kita mau kemana sih ga sampai-sampai?" tanya
Putri kebingungan
"iyanih panas lagi" ungkap Iqbal.
"Kita ke rumah keluarga om di perbukitan, takutnya
ada tsunami" kata Om Sony.
Setelah mereka sampai di rumah keluarga Om Sony, mereka
diberi makanan darurat berupa mie instan, namun Om Sony terlihat kebingungan
Wildan bertanya
"kenapa om?"
"gaada sinyal, padahal om mau kabarin keluarga
kalian, Wildan ada sinyal ga? " tanya Om Sony
"gaada om" tegas Wildan
"yasudah
kalian tidur aja, besok pagi om anter ke rumah masing-masing kalau sudah aman"
kata Om Sony,
"iya
om" jawab mereka.
Keesokan paginya, mereka semua diantar ke
rumah masing-masing dan Om Sony meminta maaf karena tiba-tiba membawa mereka
tanpa pemberitahuan. Namun orang tua justru berterimakasih karena telah menjaga
anak mereka.
Setelah kembali ke orang tua mereka masing-masing, sekolah meliburkan
seluruh murid beserta guru-guru karena keruskan parah yang diderita. Namun
tidak hanya sekolah yang diliburkan, perkantoran pun ikut meliburkan seluruh
karyawannya karena keadaan darurat tersebut.
Karena
kebocoran yang terjadi pada setiap pipa PDAM di Sumatera Barat, maka diputuslah
pengedaran air begitu pula listrik di Sumatera Barat. Akibatnya Wildan harus
mengambil air ke sungai menggunakan 2 buah galon bersama Ayahnya.
”Wildan..Wildan.. ayo bantuin Ayah ngambil air di Sungai
Lubuk Buaya” ujar Ayahnya.
”Iya, Yah sebentar mau makan dulu” jawab Wildan
”Yaudah cepetan” kata Ayahnya Wildan
”Iya” jawab Wildan
Seusai
makan, Wildan dan Ayahnya bergegas menuju sungai dengan mengendarai sebuah
mobil. Sesampainya disana, Wildan dan Ayahnya bertemu dengan seseorang yang
sudah tidak asing lagi bagi mereka yaitu teman sekantornya Ayah Wildan.
”Eh, Pak Indra” ujar Ayah Wildan
”Eh bapak” jawab Pak Indra
”Bapak kesini dengan siapa?” tanya Ayah Wildan
”Dengan Istri dan anak saya nih pak” jawab Pak Indra
”Sini Pak kita bantu, anak bapak kan masih kecil jadji
belum bisa membantu bapak” ujar Ayah Wildan
”Wah.. boleh tuh” jawab Pak Indra
Setelah
mereka mengambil air dari sungai, mereka beristirahat sejenak disebuah saung
yang terbuat dari bambu yang di depannya terdapat penjual es kelapa.
”Pak beli es kelapanya 4” ujar Pak Indra
”Om, kita ditraktir nih?” tanya Wildan
”Iya, Dan. Sebagai tanda terimaksih karena sudah bantuin
om ngambil banyak air di sungai” jawab Pak Indra
”Gausah pak” ujar Ayah Wildan
”Gapapa pak, lagian kita juga sama-sama capek, sekalian
aja saya belikan untuk bapak dan Wildan” ujar Pak Indra
”Yaudah kalau gitu” ujar Ayah Wildan
Lalu mereka
meminum es kelapa tersebut sambil bersantai.
”Pak, saya pulang dulu ya mau masak buat nanti siang”
ujar Ayah Wildan
”Oh iya pak. Silahkan” ujar Pak Indra.
Setibanya
mereka di rumah, Wildan dan Ayahnya langsung masak untuk makan siang nanti.
Setelah
seminggu lamanya, semua kegiatan sudah kembali normal. Namun masih terdapat
banyak puing-puing bangunan yang berserakan.
Setelah
semester pertama berakhir, Wildan bersama adik dan abangnya pindah ke Jakarta
di karenakan adiknya tidak ingin bersekolah di Padang akibat kejadian tersebut.
Hal itulah yang membuat wildan berada di Jakarta hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar